JALURNEWS.COM-Batam: SATGAS Mafia Pangan yang terdiri dari Polresta Barelang, Bea dan Cukai, dan Pemkot Batam melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah pasar besar di Kota Batam. Hal ini dilakukan agar tidak ada upaya penimbunan sembako pada Ramadhan tahun ini.
Kabid BKLI KPU BC Tipe B Batam, R Evy Suhartantyo mengatakan pengawasan merupakan kunci bagi pemutus mata rantai penimbunan sembako pada perayaan besar di daerah Kota Batam. Sebab, dengan pengawasan yang ketat para mafia sembako tidak akan berkutik ketika diawasi.
“Jelas pengawasan adalah salah satu tindakan yang mencegah perbuatan para mafia sembako untuk bermain. Kasihan masyarakat jika dilakuan pengawasan. Mereka semaunya menaikan harga sembako ini yang kami cegah,” tegasnya kepada Batamnewsnetwork, Senin (29/5).
Evy dan tim gabungan lainnya berusaha melakukan pengawasan berdasarkan informasi yang diterima dari masyarakat. Dan masyarakat diminta berperan aktif melakuan pengawasan bersama aparat.
Senada dengan itu, Kapolresta Barelang, AKBP Hengki mengatakan, sidak dilakukan guna mengawasi stok bahan pangan, kadaluarsa dan harga kebutuhan pokok.
“Ada empat lokasi yang kami sidak. Mulai dari Pasar Toss 3000, kemudian lanjut ke Pasar Pujabahari. Dari sana kami melanjutkan ke Super Market Top 100 Pinuin dan terakhir ke gudang Bulog, Tanjungsengkuang,” katanya, Senin (29/5).
Dia menjelaskan sidak ke Pasar Tos 3000 dan Pasar Pujabahari, tim yang diikuti Lanal Batam, KPU BC tipe B Batam, Disperindag, KPPU dan BPOM tersebut melakukan pemantauan ketersediaan dan harga kebutuhan pokok seperti daging, cabe, sayur, dan bahan lainnya. Sedangkan sidak ke TOP 100 Pinuin untuk mengecek barang kadaluarsa dan di gudang Bulog mengecek stok beras maupun gula.
“Sejuh ini untuk stok beras maupun gula cukup di Batam minimal untuk 4 bulan kedepan. Mereka akan terus mendatangkan stoknya. Kita juga tidak menemukan adanya barang kadaluarga yang dijual,” ujarnya.
Sedangkan untuk harga, ia menilai hingga kini masih stabil. Diakui ada kenaikan harga saat ramadhan namun tidak begitu drastis. “Ini juga menjadi pertimbangan, karena ditambah dengan biaya transportasinya,” ujarnya.(din/BT-1)