JALURNEWS, Depok – Metode kampanye pilkada, masih didominasi pertemuan tatap muka dan kebulatan tekad. Padahal dengan situasi Covid-19, pertemuan fisik dengan banyak orang menjadi ancaman penularan dan pembentukan klaster baru
Kedua paslon Kota Depok, Pradi-Afifah, maupun Idris-Imam yang keduanya mengusung semangat kekinian dan berusaha menarik simpati golongan milenial ternyata belum menggarap media sosial dengan maksimal.
Menurut data yang dirilis Napoleon Cat, pengguna Instagram di Indonesia mencapai 69,2 juta pengguna didominasi oleh golongan usia produktif, yakni pada rentang 18-34 tahun, atau lazim disebut generasi milenial. Sementara pengguna twitter, mencapai lebih dari 19 juta orang. Redaksi melakukan penelusuran media sosial Instagram dan Twitter, milik Pradi-Afifah maupun Idris-Imam Budi Hartono. Akun paslon Pilkada Depok, sudah dipublikasikan oleh keduanya dalam poster kampanye virtual. Pemantauan dibatasi dari tanggal penentuan nomor urut, yakni 24 September-5 Oktober 2020.
Pradi-Afifah Mari kita lihat isi konten akun Instagram Paslon no. 1, Pradi Supriatna (@pradi_supriatna) dan Afifah Alia (@Afifahalia_ST). Pradi memposting sebanyak 590 kali, diikuti 13.4ribu akun, dan mengikuti 782 akun. Pradi sedikit sekali mengikuti akun resmi pemerintah atau lembaga pemerintah, media massa, media online. Sementara Afifah memposting 69 kali, diikuti 5720 akun dan mengikuti 25 akun.
Sepanjang 24 September-5 Oktober 2020, Pradi memposting 12 kali. Afifah hanya memposting 4 kali.
Isi posting Pradi cenderung tidak kronologis, tanggal 5 Oktober memposting selamat HUT TNI namun tanggal 4 Oktober posting kehadirannya dalam pertemuan dengan Kyai Damanhuri, Sawangan. Pengambilan nomor urut kampanye (3 Oktober).
Konten yang lain berkisar, poster virtual Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober), Menjamu makan ketua RW di rumahnya (30 Oktober), Konsolidasi DPD Partai Gerindra Depok (26 September), Perpisahan Satpol PP yang jaga di rumahnya (26 September). Pradi sama sekali tidak memposting visi/ misinya sebagai calon pemimpin Kota Depok, program kerja maupun penjelasan-penjelasan program unggulannya.
Twitter @Bang_Pradi, mengikuti 105 akun dan diikuti 1333 akun. Konten twitter ini walau sudah aktif sejak Januari 2017 namun sepertinya jarang berkicau. Posting terakhir tercatat 17 Februari lalu mengenai pemberian penghargaan kepada Lurah Pondok Petir, Luruh Cinangka dan Lurah Sawangan.
Mengenai akun instagram calon Wakil Walikota Depok @Afifahalia_ST tercatat 4 postingan, yaitu berisi Silahturahmi dengan Kyai AlHamidiyah, Sawangan (1 Oktober), sementara Pradi memposting hal ini pada tanggal 4 Oktober.
Posting lain mengenai, Poster virtual visi/ misi (29 September), Poster 11 Program Unggulan (27 September) tanpa penjelasan dan Pengambilan nomor Urut paslon (24 September).
Akun Twitter @afifahalia_ST, tercatat baru dibuat Juli 2020. Akun ini mengikuti 7 akun lain, dan diikuti 1336 akun. Berikut isi postingnya, Silahturahmi dengan Kyai AlHamidiyah, Sawangan (4 Oktober), Poster virtual visi/ misi (30 September), Poster 11 Program Unggulan (30 September), Alokasi Dana RW Rp 500 juta/tahun (27 September), retweet Deklarasi Laskar Juang Pradi-Afifah (27 September), Pengambilan nomor urut (24 September).
Pasangan Pradi-Afifah tidak merespon permintaan wawancara mengenai siapa yang menjadi admin medsosnya, mengapa kurang aktif dan pola penggunaan narasi.
Idris-Imam Bagaimana dengan konten instagram paslon no. 2, Mohammad Idris (@idrisashomad)- Iman Budi Hartono (@imambhartono)? Idris selama ini telah memposting 1157 kali, diikuti 23ribu akun dan mengikuti 640 akun. Idris banyak mengikuti lembaga resmi pemerintah, badan pemerintah, lembaga media massa TV, media online.
Sepanjang 24 September-5 Oktober 2020, Idris memposting 9 kali isinya antara lain mengenai Poster Dirgahayu HUT TNI (5 Oktober), Poster Virtual 4 Tahun Kepemimpinan (3 Oktober), PosterHari Kesaktian Pancasila (1 Oktober), Poster Peringatan Pemberontakan PKI (30 September), Kliping media massa Menaikkan Insentif RT-RW/LPM (29 September), Makan di Warteg (27 September), Cuti Jabatan (26 September), Peresmian ADM (25 September).
Akun Instagram ini tidak memposting tentang visi dan misinya sebagai calon Wali Kota, serta penjelasan-penjelasan program unggulannya apa yang sudah dilakukan di Depok.
Akun twitter @IdrisAShomad, telah aktif sejak Mei 2012. Mengikuti 456 akun dan diikuti 12 ribu akun. Isinya mirroring dengan akun Instagram, sehingga sama persis isi dan tanggal penerbitannya.
Yang menarik, komen masyarakat mengenai postingnya pada Poster Virtual 4 Tahun Kepemimpinan (3 Oktober). Akun @cuteanime29 menulis “Kemajuan yg seperti apa ya pak? Macet iya. Jalan ancur iya. Tataruang gak jelas iya. Moral masyarakat menjadi lebih baik? Gak. Kemajuan buat kekayaan walikota mungkin maksudnya. Mw nambah aset buat 1 periode lagi”.
Manajer kampanye Mohammad Idris, Khairulloh menyebutkan, akun Instagram dan Twitter dikelola oleh admin. Dia percaya bahwa medsos bisa menarik simpati pemilih Kota Depok. Apakah lebih suka tatap muka atau virtual? “Ya, tatap muka dan virtual,” jelas Khairulloh kepada redaksi, Selasa (6/10/20).
Bagaimana dengan akun medsos calon Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono? Akun Instagram @Imambhartono, posting 826 kali, pengikut 3614 dan mengikuti 512 akun. Akun ini lumayan aktif karena sepanjang masa pengamatan, 24 September-5 Oktober dengan memposting sebanyak 47 kali. Pertemuan Imam dengan kelompok-kelompok masyarakat, misalnya pertemuan tatap muka dengan Warga Cinangka (5 Oktober), Forum Silahturahim Ulama (4 Oktober), Deklarsi Perempuan Gappura (4 Oktober), Kelompok Difabel (27 September), Sahabat Bpk Atjim (26 September), Posko Forum Anak Bumi (26 September).
Tidak ada postingan mengenai visi dan misi paslon ini, begitu juga penjelasan mengenai materi kampanye Tunjangan 14.766 guru honorer (25 September). Selebihnya postingan quote-quote dari Imam. Yang menarik quote 28 September, yang isinya sepertinya menjalankan metode kampanye yang akan dilakukan di tengah pandemic ini.; “Insya Allah Program Door to door PKS sudah teruji dan terbukti”.
Sementara akun twitter @ImambHartono yang tercantum dalam poster-poster virtual, ternyata tidak aktif digunakan untuk kampanye di pilkada ini. Postingnya terakhir adalah 22 Agustus lalu. Isinya mengenai Gerakan Berbagi Internet. Akun itu bergabung sejak November 2010, mengikuti 692 akun dan diikuti 110 akun.
Apakah itu berarti Idri-Iman akan menggunakan pola door to door, menyiasati metode kampanye yang melarang pertemuan terbuka? Ketika dikonfirmasi, Imam menyebutkan kedua akunnya dikelola oleh admin. “ Ya ada tim” tutur Imam. Menurut Imam, ia percaya media sosial bisa menarik simpati pemilih. Imam tetap akan menggunakan metode kampanye tatap muka dan virtual.
Mental Blocking Penggunan media sosial, sebagai salah metode kampanye yang diantur dalam PKPU No. 13/2020 itu, tampaknya memang belum maksimal. Pola kampanye tatap muka masih disukai, seperti temuan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dari 585 kegiatan kampanye yang dilakukan peserta Pilkada 2020 hampir separuh peserta pilkada masih memilih metode tatap muka.
“Rincian kampanye yang dilakukan ini menurut saya jadi perhatian kita yang tercatat oleh kita sebanyak 253 kegiatan atau 43 persen itu adalah pertemuan tatap muka,” kata anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin. Bawaslu mendorong semua paslon di Pilkada 2020, menggunakan media sosial dan pertemuan virtual mengkampanyekan visi dan misinya. Cara ini untuk menghindari munculnya klaster Corona baru, dan lebih luas cakupannya.
Pakar komunikasi politik Gun Gun Heriyanto menilai karakter pemilih Kota Depok yang urban, warganya terdidik, banyak milenial dan pengguna smartphone tinggi dan penikmat saluran internet lancar, seharusnya mudah dijangkau dengan media sosial. “Namun sepertinya ada kurang percaya diri bagi paslon menggunakan media sosial untuk kampanye,” ungkapnya.
Masalah berikutnya pada Paslon dan tim suksesnya di Pilkada Kota Depok sepertinya bukan saja gagap kampanye via media sosial namun memang tidak punya blue print atau road map-nya.
“Terlihat dari narasinya yang campur aduk, tidak digunakannya intelejen informasi, diseminasi informasi, kontra propaganda, kontra narasi, program visi/misi,” jelasnya.
Dijelaskan oleh Gun Gun, masih ada mental blocking, rata-rata kandidat masih yakin dengan canvasing pola kampanye door to door atau rapat umum itu efektif. “Tidak salah juga rapat umum efektif, karena riset-riset menyebutkan seperti itu karena afiliasinya lebih bisa dipegang dibanding via medsos. Cuma kalau modelnya begitu-begitu terus, tidak pernah ada modernisasi di kampanye,” jelas Gun Gun.
Penulis: Hendratayudha