JALURNEWS.COM, Batam- Pelabuhan Batam akan menuju green port berstandar internasional menuju poros maritim dunia.
Hal ini terungkap dalam pertemuan saat Badan Pengusahaan (BP) Batam menerima kunjungan Universitas Pertahanan, Kamis (22/10/2020) di Balairungsari BP Batam, Batam Centre, Batam, Kepri.
Plh. Kepala BP Batam, Purwiyanto, menerima langsung kunjungan yang dipimpin Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, MM.
Purwiyanto, dalam sambutannya, mengatakan, kunjungan Universitas Pertahanan akan semakin mempererat hubungan baik antara BP Batam dengan Kementerian Pertahanan RI.
Ia berharap kunjungan ini dapat menghasilkan suatu yang bermanfaat untuk Batam, khususnya.
“Harapan kami adalah kunjungan ini akan mengahasilkan sinergi dalam berbagai hal, terkait khususnya, Batam dapat bersaing dengan pelabuhan di seluruh dunia,” katanya.
Purwiyanto juga mengatakan hubungan BP Batam dengan Kementerian Pertahanan sangat erat.
“Kami merasa hubungan antara BP Batam dengan Kementerian Pertahanan sangat erat. Kami ditugaskan ke Batam, sama dengan ditugaskan untuk perang, karena kami memang tidak menggunakan senjata atau yang lainnya, tapi kami butuh strategi, mungkin kami juga butuh pembekalan agar kami tau bagaimana sikap yang baik untuk menghadapi perang atau bersaing itu seperti apa,”ujarnya.
Pimpinan rombongan, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Masetio, MM, dalam sambutanya, mengutarakan, tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melakukan penelitian bersama menganalisa Kota Batam menuju green port berstandar internasional sehingga dapat mengukuhkan sebagai poros maritim dunia.
“Kami hadir di sini, salah satunya untuk membuat penelitian tugas akhir, di mana kami akan meneliti dan menganalisa apa saja yang menjadi hambatan bagi Batam untuk bisa menjadi sama dengan Negara Singapura,” katanya.
Marsetio juga mengatakan, posisi Batam memiliki keunggulan dibanding dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya di Indonesia. “Batam berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia dengan model pelabuhan yang canggih. Batam hanya bisa bermimpi untuk bersaing dengan negara tetangga kalau pelabuhannya saja masih model pelabuhan tahun 70-an,” katanya.
Marsetio juga mengatakan, timnya sempat menganalisa dan mempelajari karakter pelabuhan yang ada di Batam. “Kami sebenarnya sudah sampai di Batam sejak kemarin, kami juga langsung mengunjungi pelabuhan dan melihat keadaan Pelabuhan Batu Ampar. Kami masih melihat kegiatan di pelabuhan yang dilakukan secara manual dan tidak terdata secara baik,“ ungkapnya.
Dia juga mengaskan bahwa koordinasi sudah dilakukan dengan Bapak Menko Maritim. “Kami sudah berkoordinasi dengan Menko Maritim, dan kami juga sudah menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk membentuk pelabuhan yang berstandar internasional. Semua akan menggunakan konsultan, dan konsultan yang digunakan juga yang berstandar internasional,” tegasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Pertahanan, Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Oktavian, yang turut hadir dalam kunjungan tersebut, mengatakan, Unhan sudah melakukan beberapa penelitian di beberapa perairan yang memiliki potensi di Indonesia.
“Kami sudah melakukan beberapa penelitian, antara lain Selat Sunda dan Selat Lombok. Semua selat ini harus menjadi jalur yang menghasilkan untuk negara. Jalur internasional yang berbayar, jadi semua kapal yang lewat jalur Indonesia harus bayar ke Indonesia,” pungkasnya. (r/bp)