JALURNEWS.COM, Jakarta – Berbincang dengan orang lain pada saat pandemi dalam suatu ruangan lebih memungkinkan terjadinya penyebaran COVID-19 dibandingkan saat batuk.
Peneliti menemukan bahwa dalam kondisi ini, virus COVID-19 dapat menyebar hanya dalam hitungan detik. Penemuan menunjukkan bahwa jaga jarak saja tidak cukup untuk mencegah penularan COVID-19, penggunaan masker dan ventilasi udara yang memadai juga sangat penting untuk mengurangi penyebaran COVID-19.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) secara resmi menyatakan bahwa SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dapat menyebar melalui transmisi udara. Kondisi di mana partikel tetesan kecil tertinggal di udara, khususnya di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, dikutip dari Live Science
Dalam studi baru yang diterbitkan Selasa (19/01/2021) di jurnal Proceedings of the Royal Society A, para peneliti menggunakan sebuah model untuk memeriksa bagaimana COVID-19 menyebar di dalam ruangan. Model ini tergantung pada ukuran ruangan, jumlah orang di dalamnya, seberapa baik ventilasi ruangan tersebut, dan apakah orang-orang di dalamnya mengenakan masker.
Studi tersebut menemukan bahwa ketika dua orang berada di ruang yang berventilasi buruk dan tidak memakai masker, kemudian saling berbicara dalam waktu lama lebih mungkin menyebarkan virus daripada batuk. Ketika kita berbicara, kita menghasilkan tetesan kecil yang dapat menggantung di udara, lalu menyebar, dan menumpuk di area yang tidak memiliki ventilasi yang memadai.
Di sisi lain, batuk menghasilkan tetesan lebih besar yang dengan cepat jatuh ke lantai dan mengendap di permukaan. Para peneliti menemukan bahwa setelah batuk, jumlah partikel yang tertinggal di udara akan turun dengan cepat setelah 1 sampai 7 menit.
Sebaliknya, setelah berbicara selama 30 detik, jumlah partikel yang tertinggal di udara baru turun setelah 30 menit. Itu artinya, partikel virus yang mampu menyebabkan infeksi COVID-19 akan bertahan di udara lebih lama dan memungkinkan terjadinya penyebaran Corona.
“Ventilasi sangat penting dalam meminimalkan risiko infeksi di dalam ruangan,” ungkap penulis dari University of Cambridge dan Imperial College London, Inggris.
Sumber: Live Science, detikhealth