JALURNEWS.COM, Yerusalem – Para ahli Kementerian Kesehatan Israel pada Kamis (12/8/2021) merekomendasikan penurunan dari 60 tahun menjadi 50 tahun usia minimum kelayakan untuk menerima suntikan penguat vaksin COVID-19, dengan harapan dapat mengekang peningkatan infeksi varian Delta.
Langkah panel penasihat itu, yang mengikuti seruan Perdana Menteri Naftali Bennett untuk memperluas kampanye vaksin penguat Israel, masih harus disetujui oleh direktur Kementerian Kesehatan.
Tetapi, setidaknya dua penyedia layanan kesehatan utama telah mengatakan bahwa mereka pada Jumat akan mulai menjadwalkan janji temu bagi orang-orang dalam kelompok usia 50-59 tahun untuk mendapatkan dosis ketiga vaksin Pfizer/BioNTech.
Pada akhir 2020, populasi Israel yang sudah menerima dua suntikan vaksin Pfizer mencapai 60 persen.
Setelah gerakan vaksinasi itu sukses dilancarkan, kasus harian baru COVID-19 turun dari 10.000 lebih pada Januari menjadi satu digit pada Juni.
Tapi dengan penyebaran varian Delta di seluruh dunia, infeksi baru melonjak di Israel, mencapai 5.946 kasus pada Senin (9/8/2021), dan penyakit-penyakit serius juga meningkat.
Dua minggu lalu, warga Israel berusia 60 tahun ke atas mulai menerima suntikan penguat.
Gerakan itu secara efektif mengubah Israel menjadi tempat pengujian sebelum persetujuan dosis ketiga dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS.
Lebih dari 700.000 manula di Israel telah menerima suntikan ketiga.
“Saya memuji tim ahli yang menangani pandemi karena membuat keputusan yang tepat untuk kesehatan warga Israel,” kata Bennett dalam sebuah pernyataan, Kamis malam. “Saya meminta semua orang yang berusia di atas 50 tahun untuk mengantre besok pagi. Ikuti vaksinasi.”
Sebuah survei awal menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang menerima dosis vaksin ketiga merasakan efek samping yang serupa atau lebih sedikit daripada yang mereka rasakan setelah menerima suntikan kedua.
Sumber: Reuters