JALURNEWS.COM- Tulang Bawang-Pada 19 Juli 2022 PSHT Tuba menyambut rombongan kirab budaya nusantara satu abad persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
Seni bela diri pencak silat PSHT tersebut merupakan salah satu khasanah budaya bangsa indonesia secara segi kualitas tentunya tidak kalah dengan budaya luar, namun perlu kita mengetahui cerita riwayat sejarahnya. Konon menurut histori PSHT lahir dari seorang anak bangsa yang ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tercatat dalam sejarah PSHT lahir pada tahun 1922 atau 1341 Hijriah oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, saat ini PSHT berpusat di Kota Madiun.
Lantas bagaimana sejarah PSHT masuk ke Kabupaten Tulang Bawang?
Ketua cabang PSHT Tuba Mujio Slamet menceritakan PSHT mulai masuk di Kabupaten Tulang Bawang Pada tahun 1982, kala itu yang merintis oleh Hi. Supeno dan Almarhum Anis Supriyadi.
“Di Tulang Bawang Tahun 1982, kang mas Hi Supeno, SH dan kang mas almarhum Anis Supriyadi sebelum pecah menjadi tiga kabupaten,dulu masih Kabupaten Lampura”, Ujar Kang Mas Mujio Selamet Ketua Cabang PSHT Tuba saat di tanya oleh wartawan, Selasa (19/7).
Perkembangan PSHT di berdiri menjadi cabang di Kabupaten Tulang Bawang tahun 1996, Pada waktu tersebut Kang Mas H Supeno, SH melatih PSHT tepatnya di Mekar Sari, kala itu Mekar Sari Unit 7 masih masuk dalam Kabupaten Lampura.
Lanjutnya, ia menjabarkan siapa ketua cabang PSHT setelah terjadinya pemecahan Kabupaten menjadi tiga yaitu Kabupaten Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat dan Mesuji.
“Awal mula saya Mujio Slamet menjadi ketua cabang Tuba, Tulang Bawang Barat yaitu ketua cabangnya Kang Mas Hi.Supeno, SH kemudian Mesuji yaitu kang mas Budi, Spd., Mpd”, tutur ketua cabang PSHT Tuba.
“Sampai sekarang selama dua periode menjelang tiga periode ini masih saya sebagai ketua cabang”, sambungnya.
Kang Mas Mujio Slamet, sapaan akrabnya, mengungkap perkembangan PSHT melaju begitu pesat, pasalnya setiap tahun ke tahunnya pendekar PSHT bertambah.
“”Alhamdulillah di Tulang Bawang perkembangannya pesat, dari tahun 2010 berjumlah 180 orang, setiap tahunnya bertambah terus, 400, 500, per ranting setiap wilayah kampung mempunyai Ranting hingga saat ini telah menjadi sekitar 18000 orang”, Jelasnya.
Kendati begitu, Kang Mas Mujio Slamet berharap masyarakat Tuba dan Tokoh adat serta pemerintah turut mendukung silat PSHT yang pada akhirnya ajarannya bisa diterima masyarakat Tulang Bawang dan banyak yang berminat bergabung dengan PSHT.
Seni bela diri pencak silat PSHT terbentuk ingin mendidik generasi muda bangsa Indonesia yang berakhlak yaitu manusia yang berbudi pekerti luhur, tahu adanya benar dan salah, sehingga berguna bagi bangsa, negara serta agama.
Pendekar PSHT, lanjut kang mas Mujio Slamet, harus bisa menerima tiga ajaran antara lain, bela diri ajaran, bela diri prestasi, bela diri praktis. Dan bela diri praktis itulah yang menjadi ihwal yang bisa diterima oleh masyarakat.
Terbukti kata kang mas, sudah banyak para pendekar PSHT menjadi atlit-atlit yang handal lewat kejuaraan resmi, ditingkat Kota, Provinsi, Nasional maupun Internasional.
“Kita berusaha bisa membangun sebuah prestasi, contohnya sudah ada Atlet pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) asal Lampung yang menjadi contoh prestasi terbaik yang lolos dalam seleksi perwira yang mendapat rangking pertama di angkatan udara,selain menjadi atlet yang berprestasi dan juga Ia telah lolos dalam seleksi perwira”, kata kang mas Mujio.
Dirinya juga menceritakan PSHT dasarnya adalah Pancasila, ikut membela menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka pendekar PSHT siap untuk dijadikan garda terdepan disaat negara ini mendapat ancaman atau serangan dari luar dan PSHT siap membantu pemerintah.
“Guru besar PSHT yaitu Ki Hajar Hardjo Oetomo Pahlawan Kemerdekaan RI, ajarannya perjuangan dan kebenaran”, ucapnya.
Sementara ditempat yang sama, kang mas Hi Supeno, SH yang merupakan perintis PSHT di Kabupaten Tuba saat ini menjadi pembina PSHT Provinsi Lampung dan dewan PSHT di Kabupaten Tubaba.
Kang mas Hi Supeno bercerita benar pada tahun 1982 PSHT masuk Ke Tulang Bawang, kala itu sudah mulai ada latihan di desa trans yaitu Mekar Sari, sekarang sudah masuk di kabupaten Tulang Bawang Barat.
“Alhamdulillah tahun 1990 kita bertemu dengan saudara kita di Gunung Madu Perkasa (GPM) yaitu kang mas Toto, kang mas Pujiono, dari Pringsewu kang mas Diman”, tutur kang mas Hi. Supeno.
“Perkembangan di Tuba itu didirikan menjadi cabang pada tahun 1996, dan saya yang membawa PSHT tahun 1982, kita ngajar di Mekar Sari dulunya Lampung Utara, saya pelatihnya”, ungkap kang mas Hi Supeno,SH.
Lanjutnya ia bercerita pada tahun 1988 lagi ada 30 orang yang bergabung PSHT, kemudian tahun 1990 mengesahkan PSHT.
“Alhamdulillah pada akhirnya bisa berkembang terus, bertemu dengan saudara di Lampung Utara, Lampung Tengah, dsb”, imbuhnya.
Penulis : Erdiansyah, S.SP.