BENGKALIS – Lewat konten teman sesama pengguna Instagram @anggi.savhira11 berdomisili di Teluk Pambang mengirimkan unggahan video Bara’an. Isinya ramai orang berombongan mengunjungi jiran keluar masuk dari rumah ke rumah dengan wajah sumringah.
Dalam bara’an menu makanan tersedia lengkap. Semua dipersilahkan menikmati hidangan kelas berat maupun ringan dari nasi, ketupat, miso kue mue ditutup berdoa bersama dipandu Imam masjid atau tokoh agama.
Dalam unggahan diberi keterangan jika sampai berkeliling 100 rumah. Setiap naik rumah santab makan lalu berdoa begitu seterusnya. Tradisi bara’an sebagian menamakan rombongan.
Pada momen lebaran dilakukan seusai sholat Idul Fitri. Untuk menentukan rumah pertama yang dikunjungi sudah disepakati jauh hari – biasanya pada malam terakhir setelah sholat taraweh di masjid atau surau lingkungan masing- masing.
Lamanya bara’an tergantung jumlah warganya. Di perkotaan sekarang lebih singkat hanya satu hari, star pagi sampai sore paling lambat malam hari ba’da Isya. Berbeda pada warga yang tinggal di pedesaan butuh waktu lama sampai 5 hingga 7 hari. Seperti Desa Wonosari 3 hari, Desa Berancah, Pedekik, Mentayan, Teluk Pambang 5 hari, desa lainnya seperti Langkat, Sepotong sampai seminggu.
Dikabarkan salah satu pemuda Ria Hadinata desanya – Berancah bara’an selama lima hari, 2 hari kaum Bapak, 2 hari untuk Ibu- ibu dan satu hari jatah bujang dan anak muda. Keluarganya masuk rombongan satu dusun dari 2 RW.
Hal yang sama disampaikan sahabat FB Syaifudin Said desa Pedekik juga 5 hari. Sedangkan desa Langkat, Sepotong dikabarkan oleh Kades Isman selama 7 hari.
Seiring perkembangan waktu, teknis bara’an sebagian berubah polanya. Bara’an biasanya dipisahkan antara kelompok pria dan wanita. Di beberapa tempat dibagi menjadi tiga sampai empat kelompok yaitu pria, wanita dan remaja, pemuda dan anak- anak.
Setelah selesai internal desa masih berlanjut kunjungan antar desa. Rumah yang dikunjungi adalah rumah yang keluarganya turut berombongan. Bagi yang tidak ikut serta, maka tidak akan di kunjungi. Kecuali ada pertimbangan karena sakit atau sesuatu hal yang dimaklumi.
Bara’an atau rombongan sifatnya suka rela. Warga yang ikut dipersilahkan bagi yang tak ikut tidak dipaksakan. Dari pengalaman hampir semua warga turut bergabung.
Apakah tidak membebani ? Seperti diketahui ikut bara’an berarti harus siap hidangan. Konsekwensinya butuh biaya yang tidak sedikit. Jawabannya sungguh mencengangkan mereka justru merasa gembira dan bahagia.
Bagi warga bara’an suatu kebanggaan keluarga untuk menjalin silaturahmi sesama tetangga. Mereka ikhlas hati, dengan mengatakan setahun rela mencari rezeki demi bara’an lebaran.
Bara’an adalah sebuah tradisi dan budaya yang kaya akan makna. Mari kita jaga bersama dengan segala dinamikanya. Bagi anda yang sepakat mari bersepakat bagi anda yang tak sepakat mari kita saling hormat.
Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.(INF)